tag:blogger.com,1999:blog-62632355040717860282024-03-08T12:28:49.260-08:00Kabar Hutang NegaraAdminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.comBlogger99125tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-60163525540577642952018-11-07T23:21:00.000-08:002018-11-07T23:21:06.158-08:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, merupakan hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, situasi ekonomi global ketika ini menyokong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menyokong pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Namun, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah semestinya realistis memperhatikan situasi pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jikalau kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemodal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Bila pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Yaitu, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berhubungan hal ini, termasuk memandang potensi dan respons pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 ialah sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 ialah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, ialah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Merupakan dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-22596857595192796812018-11-07T12:51:00.000-08:002018-11-07T12:51:07.186-08:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, adalah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, keadaan ekonomi global dikala ini mendukung agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Namun, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemodal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah mesti realistis mengamati situasi pemberi modal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jikalau kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Modal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Sekiranya pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider membeberkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Ialah, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berkaitan hal ini, termasuk memandang potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yakni sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 ialah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, adalah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berharap memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Adalah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-51340337752884331392018-11-07T07:20:00.000-08:002018-11-07T07:20:06.503-08:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, yaitu hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, keadaan ekonomi global dikala ini mensupport agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Tetapi, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah semestinya realistis mengamati situasi pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Apabila kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemberi belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Jika pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider membeberkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Merupakan, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berkaitan hal ini, termasuk mengamati potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 yaitu Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, yaitu Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan mempertimbangkan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Yakni dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-83217489213416737312018-11-07T02:06:00.000-08:002018-11-07T02:06:04.601-08:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, adalah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, keadaan ekonomi global dikala ini mensupport agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menyokong pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Melainkan, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemodal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah patut realistis memandang situasi pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jikalau kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemodal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Jika pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Merupakan, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus melaksanakan kajian berhubungan hal ini, termasuk memperhatikan potensi dan tanggapan pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yakni sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 merupakan Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, yaitu Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah mau memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Merupakan dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-55703402632698470702018-11-06T22:41:00.000-08:002018-11-06T22:41:10.616-08:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, yaitu hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, keadaan ekonomi global dikala ini mendukung agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menunjang pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Melainkan, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah sepatutnya realistis memandang keadaan pemberi modal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jikalau kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemberi belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Kalau pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Merupakan, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus menjalankan kajian berhubungan hal ini, termasuk memandang potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 yaitu Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, adalah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Ialah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-68761261726651577562018-11-06T07:55:00.000-08:002018-11-06T07:55:18.959-08:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, ialah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, keadaan ekonomi global ketika ini menyokong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Tetapi, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemodal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah sepatutnya realistis mengamati keadaan pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Bila kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemodal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Sekiranya pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Merupakan, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berhubungan hal ini, termasuk mengamati potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 merupakan Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, adalah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berharap menentukan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk kesibukan produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Adalah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-61065610015993448732018-11-05T04:15:00.000-08:002018-11-05T04:15:10.447-08:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, adalah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, situasi ekonomi global dikala ini menyokong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mendukung pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Melainkan, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemodal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah seharusnya realistis memandang keadaan pemberi modal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Bila kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemberi belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Kalau pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider membeberkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Ialah, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus menjalankan kajian berhubungan hal ini, termasuk memperhatikan potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 ialah sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 yaitu Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, merupakan Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah mau mempertimbangkan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk kesibukan produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Yakni dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-43033338565093303522018-11-02T10:19:00.000-07:002018-11-02T10:19:00.438-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, yaitu hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, keadaan ekonomi global dikala ini menyokong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Tetapi, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah mesti realistis mengamati situasi pemberi modal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jika kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemberi belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Seandainya pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider membeberkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Yaitu, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berhubungan hal ini, termasuk memperhatikan potensi dan tanggapan pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 merupakan sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 merupakan Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, yaitu Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah mau mempertimbangkan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Yakni dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-87864643833079790092018-11-01T23:48:00.000-07:002018-11-01T23:48:06.295-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, adalah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, situasi ekonomi global ketika ini menyokong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Namun, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemodal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah sepatutnya realistis mengamati keadaan pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Seandainya kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Modal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Jikalau pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Merupakan, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus melaksanakan kajian berkaitan hal ini, termasuk memperhatikan potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 adalah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, adalah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan menentukan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Adalah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-5149016809224483542018-11-01T06:45:00.000-07:002018-11-01T06:45:13.521-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, merupakan hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, situasi ekonomi global dikala ini mendorong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Melainkan, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah seharusnya realistis mengamati keadaan pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jika kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemberi belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Bila pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Adalah, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berhubungan hal ini, termasuk memandang potensi dan tanggapan pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 adalah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, merupakan Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah mau menentukan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk kesibukan produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Adalah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-44909526069369875862018-10-30T20:04:00.000-07:002018-10-30T20:04:05.522-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, adalah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, keadaan ekonomi global dikala ini mendorong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menyokong pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Melainkan, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah mesti realistis memperhatikan situasi pemberi modal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Apabila kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemodal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Bila pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Yaitu, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus menjalankan kajian berkaitan hal ini, termasuk memandang potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yakni sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 merupakan Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, ialah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berharap mempertimbangkan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Ialah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-39276017908890317172018-10-30T13:53:00.000-07:002018-10-30T13:53:00.349-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, merupakan hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, keadaan ekonomi global ketika ini menyokong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Melainkan, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah seharusnya realistis memandang keadaan pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Apabila kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Modal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Jikalau pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Merupakan, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus menjalankan kajian berkaitan hal ini, termasuk memandang potensi dan tanggapan pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 adalah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, merupakan Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berharap mempertimbangkan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk kesibukan produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Merupakan dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-56775279869078441632018-10-29T04:41:00.000-07:002018-10-29T04:41:00.180-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, yaitu hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, situasi ekonomi global ketika ini mendukung agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Tetapi, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah patut realistis memperhatikan keadaan pemberi modal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Apabila kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemberi belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Bila pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider membeberkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Yaitu, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berkaitan hal ini, termasuk memandang potensi dan respons pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 merupakan sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 ialah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, yaitu Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Ialah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-23450475449920457922018-10-28T19:08:00.000-07:002018-10-28T19:08:03.861-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, merupakan hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, situasi ekonomi global dikala ini mendukung agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menyokong pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Melainkan, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah seharusnya realistis mengamati keadaan pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jika kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemodal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Jika pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Yaitu, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus melaksanakan kajian berhubungan hal ini, termasuk memperhatikan potensi dan respons pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yakni sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 ialah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, yaitu Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah mau mempertimbangkan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Yakni dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-3326120146861002932018-10-27T02:59:00.000-07:002018-10-27T02:59:25.158-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, merupakan hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, situasi ekonomi global ketika ini menyokong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Namun, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah seharusnya realistis memandang situasi pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jika kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemberi belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Jika pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider membeberkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Ialah, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berhubungan hal ini, termasuk mengamati potensi dan respons pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 merupakan sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 ialah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, adalah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah mau memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Merupakan dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-41753934372538419572018-10-25T17:25:00.000-07:002018-10-25T17:25:03.180-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, yaitu hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, keadaan ekonomi global ketika ini menyokong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Tetapi, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemodal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah sepatutnya realistis memperhatikan situasi pemberi modal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Seandainya kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemodal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Bila pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Yaitu, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berkaitan hal ini, termasuk mengamati potensi dan respons pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 adalah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, yaitu Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan menentukan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Adalah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-46010070829000257842018-10-24T03:36:00.000-07:002018-10-24T03:36:00.234-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, yaitu hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, keadaan ekonomi global ketika ini mensupport agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menunjang pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Melainkan, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemodal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah sepatutnya realistis memperhatikan situasi pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jikalau kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Modal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Kalau pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Yaitu, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berhubungan hal ini, termasuk memandang potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 adalah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, merupakan Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berharap memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk kesibukan produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Yakni dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-2227160644995135452018-10-23T11:49:00.000-07:002018-10-23T11:49:09.161-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, ialah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, keadaan ekonomi global dikala ini mendorong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menunjang pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Namun, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemodal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah mesti realistis mengamati situasi pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Apabila kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemberi belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Jika pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Adalah, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus melaksanakan kajian berkaitan hal ini, termasuk mengamati potensi dan respons pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 yaitu Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, adalah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah mau mempertimbangkan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Yakni dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-54353947420930982022018-10-22T00:50:00.000-07:002018-10-22T00:50:02.277-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, adalah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, keadaan ekonomi global dikala ini mendorong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menunjang pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Tetapi, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah semestinya realistis memperhatikan keadaan pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jika kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemberi belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Kalau pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Merupakan, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berhubungan hal ini, termasuk memperhatikan potensi dan tanggapan pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yakni sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 adalah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, adalah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berharap memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Merupakan dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-600821538476848152018-10-21T17:22:00.000-07:002018-10-21T17:22:28.838-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, yaitu hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, keadaan ekonomi global ketika ini mendorong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Tetapi, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah seharusnya realistis mengamati keadaan pemberi modal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Bila kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Modal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Sekiranya pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Yaitu, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus melaksanakan kajian berhubungan hal ini, termasuk mengamati potensi dan respons pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 ialah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, ialah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan mempertimbangkan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Adalah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-24032852366895935172018-10-20T02:11:00.000-07:002018-10-20T02:11:13.971-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, yaitu hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, situasi ekonomi global ketika ini mensupport agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, ketertarikan pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Namun, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah sepatutnya realistis mengamati situasi pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Sekiranya kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemodal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Kalau pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider membeberkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Yaitu, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berhubungan hal ini, termasuk memandang potensi dan tanggapan pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yakni sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 merupakan Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, ialah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Yakni dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-72463338392313957812018-10-19T11:52:00.000-07:002018-10-19T11:52:03.433-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, adalah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, situasi ekonomi global dikala ini mendukung agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mensupport pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Namun, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah seharusnya realistis memandang keadaan pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Jikalau kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Modal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Kalau pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Merupakan, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berkaitan hal ini, termasuk memperhatikan potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 merupakan sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 ialah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, yaitu Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah mau mempertimbangkan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Adalah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-64269980989761957812018-10-17T09:01:00.000-07:002018-10-17T09:01:01.793-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, yaitu hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, situasi ekonomi global ketika ini mensupport agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah mendukung pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Melainkan, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemodal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah patut realistis mengamati situasi pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Apabila kami observasi pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Modal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Bila pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Adalah, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berkaitan hal ini, termasuk mengamati potensi dan tanggapan pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yakni sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 merupakan Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, ialah Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah mau memutuskan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Dalam Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk kesibukan produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Ialah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-24133283540779051242018-10-17T08:09:00.000-07:002018-10-17T08:09:15.108-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, adalah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemberi modal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider menerangkan, keadaan ekonomi global dikala ini mensupport agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemberi modal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menyokong pemodal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Namun, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah wajib realistis memperhatikan keadaan pemodal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Sekiranya kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Modal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Jikalau pelemahan poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider menerangkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Adalah, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berkaitan hal ini, termasuk memandang potensi dan respon pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari masukan dalam nota keuangan RAPBN 2019 merupakan Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs poin tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara membeberkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, merupakan Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan menentukan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk kesibukan produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Yakni dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6263235504071786028.post-74506243148400627322018-10-13T22:03:00.000-07:002018-10-13T22:03:03.230-07:00Mulai Tahun Depan Pemerintah Perbanyak Surat Utang Rupiah Pemerintah masih merumuskan taktik pembiayaan untuk tahun depan. Di antaranya dengan lebih banyak menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) dalam rupiah. Tujuannya, mengurangi dominasi investasi milik asing sekalian memperdalam pasar dalam negeri.<br /><br />Direktur Taktik dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menceritakan, penerbitan SBN dalam rupiah akan mendominasi dibanding valuta asing, adalah hingga 80 persen. \"Kami lakukan secara pelan untuk menurunkan pemodal asing,\" ujarnya, Kamis (20/9).<br /><br />Scenaider membeberkan, keadaan ekonomi global dikala ini mendorong agenda pemerintah untuk memperbanyak SBN dalam rupiah. Karena, atensi pemodal asing sedang menurun.<br /><br />Dengan menerbitkan SBN dalam rupiah, pemerintah menunjang pemberi modal dalam negeri untuk bisa lebih mendominasi. Namun, Scenaider mengakui, pemerintah belum mempunyai sasaran pengurangan pemberi modal asing di SBN.<br /><br />Menurutnya, pemerintah mesti realistis memandang situasi pemberi modal dalam negeri di tahun depan, termasuk kesiapan mereka dalam mengisi pembiayaan. \"Bila kami amati pasar dalam negeri, marketnya belum jalan. Pemodal belum menyimpan uang,\" tuturnya.<br /><br />Kalau pelemahan skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) terus terjadi, Scenaider membeberkan, pemerintah juga mempunyai agenda lain. Adalah, mengutamakan penerbitan SBN valas dengan denominasi euro dan yen. Pemerintah akan terus mengerjakan kajian berhubungan hal ini, termasuk memandang potensi dan respons pasar.<br /><br />Sebelumnya, Badan Anggaran (Banggar) DPR dan pemerintah menyepakati pembiayaan utang untuk tahun 2019 yaitu sebesar Rp 359,12 triliun. Sempurna hal yang demikian turun sedikit dari usul dalam nota keuangan RAPBN 2019 adalah Rp 359,27 triliun.<br /><br />Penurunan dikarenakan adanya perubahan kurs skor tukar rupiah kepada dolar Amerika Serikat (AS) dari Rp 14.400 per dolar AS menjadi Rp 14.500 per dolar AS.<br /><br />Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menerangkan, pembiayaan utang di Indonesia terus mengalami penurunan. Angka paling tinggi terjadi pada 2017 yang menempuh Rp 429 triliun dan turun pada tahun ini, yaitu Rp 399,2 triliun.<br /><br />\"Tahun depan kembali turun sekitar 7,2 persen menjadi Rp 359 triliun,\" tuturnya.<br /><br />Pada sempurna hal yang demikian, pemerintah berkeinginan menentukan risiko utang konsisten dalam batas yang dapat dikelola di bawah 30 persen dari Produk Negeri Bruto (PDB). Pemerintah akan memanfaatkan utang untuk aktivitas produktif dan menjaga keseimbangan makro ekonomi.<br /><br />Suahasil menambahkan, secara neto, Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan mengalami penurunan dari tahun 2017. Adalah dari Rp 441,8 triliun menjadi Rp 388 triliun SBN neto pada 2018.<br /><br />\"Pada tahun depan, diperkirakan akan turun kembali menjadi Rp 386,2 triliun atau mengalami penurunan sekitar 0,5 persen,\" ujarnya. <br /><br />Adminhttp://www.blogger.com/profile/01862493297753747265noreply@blogger.com0